Sepenggal Kisah dari Kota Lumpia
Dini hari tanggal 11 September 2015, kami, kontingen UI yang berjumlah 3 orang (Kak Wahyu Apriadi, Kak Heru Dwi P, dan Kak Wira Sakinatun Najahah) berangkat dengan optimis menuju Semarang, Jawa Tengah untuk mengikuti kegiatan The 6th Senior Rover Scout Creativity (SRSC) yang diadakan Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Kami sampai di Semarang, tepatnya di Stasiun Tawang pada sore hari. Aroma khas lautan langsung menyeruak di udara mengingat lokasi stasiun yang cukup dekat dengan garis pantai. Walaupun lelah, kami tetap bersemangat untuk menuju lokasi kegiatan.
Malam hari, kami disambut dengan prosesi adat Racana Wijaya dan serangkaian acara Welcoming Party untuk mengawali kegiatan The 6th SRSC sebelum upacara pembukaan.
Kegiatan The 6th SRSC berisi giat umum, giat prestasi (lomba), giat wawasan (seminar), giat pelatihan (workshop), dan giat hiburan (pentas seni dan wisata).
Upacara pembukaan dilaksanakan di lapangan depan gedung Rektorat UNNES pada hari Sabtu, 12 September 2015, dilanjutkan dengan giat wawasan dan giat pelatihan. Giat wawasan berisi seminar kewirausahaan dan konservasi. Giat pelatihan berisi pelatihan kompos dan olahraga. Pelatihan olahraga berisi 3 jenis olahraga; mini golf, Tonnis dan woodball. Dalam giat olahraga, satu anggota kontingen melakukan 1 jenis pelatihan olahraga yang berbeda dengan anggota yang lain.
Giat prestasi dilaksanakan pada hari Minggu, 13 September 2015. Giat ini berisikan 4 mata lomba; Explorienteering Challenge, Teknologi Tepat Guna, Poster, dan Putra/Putri SRSC. Explorienteering Challenge dilaksanakan oleh semua anggota kontingen dan mata lomba yang lain dilaksanakan oleh masing-masing anggota kontingen.
Giat wisata dilakukan pada hari Senin, mulai dari pagi hingga sore hari. Kami mengunjungi tempat-tempat wisata dan pusat oleh-oleh khas kota Semarang. Objek wisata yang pertama kami kunjungi adalah “Omah Pinter Petani”. Di tempat tersebut, kami diajarkan membuat kerajinan tangan yang mudah dibuat dan bahannya cukup mudah ditemukan di sekitar tempat tinggal. Sebagai hadiah, kami diberi kerajinan tangan dari tempat tersebut dan hasil dari karya kami sendiri.
Selain tempat tersebut, seluruh peserta SRSC mengunjungi kuil “SAM POO KONG”. Di kuil ini kita dapat menemukan patung-patung dewa orang Tionghoa dan juga patung Laksamana Ceng Hoo sebagai pendiri kuil ini. Dahulunya, kuil ini berada di tepi pantai. Namun, akibat pengangkatan daratan Semarang, menjadikan kuil ini berada di tengah pemukiman penduduk.
Siang hari yang mulai terik menyapa kota Semarang dan waktu salat zuhur sudah hampir menjelang, jadilah seluruh peserta SRSC diajak mengunjungi Masjid Agung Kota Semarang. Masjid ini memiliki perpaduan modern dan tradisional yang kental. Pelataran masjid memiliki payung yang dapat dibuka-tutup seperti pada payung pelataran Masjid Nabawi di Madinah. Pengunjung masjid dapat melihat kota Semarang dari ketinggian dengan memasuki menara masjid. Sayangnya, pada saat kami ke sana, menara masjid sedang tidak beroperasi.
Selepas istirahat salat zuhur dan makan siang, tibalah kami pada ikon kota Semarang yang “katanya” cukup menyeramkan, Lawang Sewu. Di Lawang Sewu, kami dipandu oleh pemandu wisata tempat tersebut. Kami dijelaskan banyak hal tentang Lawang Sewu, mulai dari sejarah hingga rumor-rumor yang beredar di Lawang Sewu. Lawang Sewu dibangun pada zaman kolonial Belanda yang bertujuan untuk kantor pusat administrasi Perusahaan Kereta Api pada zaman tersebut. Pada zaman pendudukan Jepang, Lawang Sewu digunakan sebagai Pusat Pertahanan Militer setelah direbut dari pihak pribumi dengan pertempuran 5 Hari Semarang. Lawang Sewu menjadi objek wisata terakhir pada hari itu, namun bukan tempat tujuan terakhir perjalanan wisata kami. Giat wisata kami diakhiri dengan mengunjungi pusat oleh-oleh di daerah Semarang. Berbagai oleh-oleh khas semarang dijajakan di sepanjang jalan daerah tersebut.
Selepas istirahat salat zuhur dan makan siang, tibalah kami pada ikon kota Semarang yang “katanya” cukup menyeramkan, Lawang Sewu. Di Lawang Sewu, kami dipandu oleh pemandu wisata tempat tersebut. Kami dijelaskan banyak hal tentang Lawang Sewu, mulai dari sejarah hingga rumor-rumor yang beredar di Lawang Sewu. Lawang Sewu dibangun pada zaman kolonial Belanda yang bertujuan untuk kantor pusat administrasi Perusahaan Kereta Api pada zaman tersebut. Pada zaman pendudukan Jepang, Lawang Sewu digunakan sebagai Pusat Pertahanan Militer setelah direbut dari pihak pribumi dengan pertempuran 5 Hari Semarang. Lawang Sewu menjadi objek wisata terakhir pada hari itu, namun bukan tempat tujuan terakhir perjalanan wisata kami. Giat wisata kami diakhiri dengan mengunjungi pusat oleh-oleh di daerah Semarang. Berbagai oleh-oleh khas semarang dijajakan di sepanjang jalan daerah tersebut.
Malam terakhir kami di Semarang dilewati dengan satu kegiatan yaitu Semarak Nusantara. Dalam kegiatan ini, setiap kontingen menampilkan kesenian daerah asalnya. Pada malam itu juga dilakukan penjurian final untuk Putra/Putri SRSC. Kak Heru, sebagai perwakilan kontingen UI, ikut serta dalam babak ini dan mendapat nominasi 5 besar. Dia mendapatkan nilai tertinggi di antara 4 pesaingnya dalam penyisihan tulis.
H- sekian jam kembali ke Depok dimulai dengan kegiatan upacara penutupan. Semilir angin mewarnai prosesi upacara penutupan di siang yang panas itu. Di penghujung upacara diumumkan juara tiap bidang perlombaan. Kontingen UI membawa pulang 2 piala, juara 3 Teknologi Tepat Guna dan Juara 3 Putra/Putri SRSC.
(Wira Sakinatun Najahah)
Salam Pramuka ……. Lanjutkan kegiatan ini dengan baik …..semoga sukses dan dapat menjadi teladan bagi kawula muda Indonesia….. Sukses selalu menyertai kegiatan Pramuka UI…..